Penyimpangan Seksual Pada Pria



Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya Penyimpangan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Termasuk dalam penyimpangan seksual, adalah abnormalitas dalam hal hubungan seksual, abnormalitas dalam hal dorongan seksual dan penyimpangan identitas seksual.

1. Penyimpangan Dorongan Seksual
- Homoseksualitas.
Penderita di sini memiliki rangsangan erotik seksual terhadap jenis kelamin yang sama. Pada laki-laki disebut dengan istilah gay. Penyebab dari kedua penyimpangan ini misalnya, anak laki-laki memiliki identifikasi yang dekat terhadap ibunya, memiliki trauma berhubungan dengan lawan jenis, dll.
- Nimpomania dan hipomania.
Nimpomania adalah isilah untuk seseorang yang memiliki hasrat seksual sangat tinggi. Dorongan seksualnya selalu meletup-letup dan selalu ingin melakukan hubungan seksual, di mana saja dan kapan saja. Sebaliknya, hipomania adalah istilah untuk seseorang yang gairah seksualnya sangat rendah.
- Satiriasis.
Juga dikenal sebagai Don Juanisme atau adiksi seksual. Kondisi ini adalah ekuivalen pria dari nimpomania, suatu gangguan psikologis di mana pria didominasi oleh keinginan yang tidak henti-hentinya untuk melakukan hubungan seksual dengan hanyak pasangan yang berbeda. Kadang-kadang diduga disebabkan oleh narsikisme yang kuat dan perasaan perlunya kontrol dari perasaan inferior melalui keberhasilan seksual. Jenis penyimpangan ini sangat berisiko untuk tertular penyakit kelamin dan HIV/AIDS.
- Perilaku seksual kompulsif.
Adalah pengulangan tindakan erotik tanpa kenikmatan. Kompulsi seksual ini bisa berupa telepon seks yang tanpa akhir, one-night stand (affair singkat), atau masturbasi beberapa kali dalam sehari, penderitanya seringkali mengaku merasa "tidak terkendali" sebelum aktivitas dan merasa bersalah atau malu setelahnya. Apapun kepuasan seksual yang didapatnya, tindakan tersebut adalah dangkal dan hambar. Pencarian kepuasan seksual yang mereka lakukan bersifat kompulsif, kadang-kadang ritualistik. Mereka merasa tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri selama pencarian, dan setelahnya merasa putus asa, malu, dan membenci diri sendiri. Tetapi satu-satunya cara untuk dapat lolos dari perasaan negatif itu adalah melalui pengulangan pencarian kepuasan seksual yang untuk sementara mematikan atau menumpulkan perasaan malu. Dengan demikian tercipta lingkaran setan yang tidak ada hentinya.
- Skatologia telepon dan chat.
Bisa diartikan sebagai melakukan hubungan telepon dan chat yang cabul dengan orang lain yang tidak menginginkannya. Biasa dikenal sebagai Phone Sex (PS) dan Chat Sex (CS).
- Nekrofilia.
Nekrofilia adalah istilah untuk hasrat seksual yang terdapat pada laki-laki untuk melakukan hubungan seksual dengan mayat perempuan. Pada beberapa kasus, laki-laki penderita nekrofilia cukup memandangi mayat perempuan (biasanya sambil onani) untuk memperoleh kepuasan seksual. Namun demikian banyak kasus terjadi di mana penderita nekrofilia benar-benar melakukan kontak seksual dengan mayat perempuan, baik memasukkan penis ke dalam vagina mayat, maupun metode lainnya. Diyakini penderita nekrofilia cukup banyak, namun karena ketiadaan kesempatan, maka sangat jarang kasus nekrofilia terungkap. Penderita nekrofilia sangat menyukai pekerjaan yang terkait dengan mayat, seperti misalnya pembalsem jenazah, penjaga mayat, penggali kubur dan semacamnya.
- Eksihibionisme.
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Oleh karena itu biasanya mereka menunjukkan alat kelaminnya pada saat yang tak terduga dan mengejutkan. Kondisi ini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi. Penyebab deviasi seksual ini antara lain: memiliki perasaan rendah diri, serta peran ibu yang dominan dan sangat protektif
- Fetisisme.
Penderitanya tertarik secara seksual pada pakaian, terutama pakaian dalam, baik celana dalam, rok dalam ataupun BH. Mereka kurang tertarik pada barang baru dan lebih tertarik pada barang yang masih dipakai. Oleh karena itu mereka biasanya menjadi pencuri pakaian dalam.
- Voyeurisme.
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita Penyimpangan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan . Penyebab voyeurism antara lain: rasa ingin tahu yang sangat mendominasi dirinya tentang aktivitas seksual.

2. Hubungan Seksual Menyimpang
- Sadisme.
Sadisme -mengambil nama dari Marquis de Sade (1740-1814) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kenikmatan atau rangsangan seksual
yang diperoleh dengan menimbulkan nyeri atau menyiksa pasangannya. Semakin sakit, semakin terangsang. Adakalanya penderita sadistik memerlukan erangan kesakitan yang sangat, adakalanya hanya perlu penyiksaan ringan, dan adakalanya cukup dengan fantasi sadistik. Penyebab sadisme antara lain: Pada masa kanak-kanak sering mendapatkan hukuman fisik dalam pola asuh orang tuanya, pada masa dewasanya memiliki kecenderungan untuk melampiaskan dendam kesumat di masa lalu. Sedangkan di saat yang bersamaan, sambil menyiksa, orang tersebut mendapatkan rangsangan seksual erotik
- Masokisme.
Masokisme -nama pengarang terkenal lain tentang eksploitasi seksual, Leopold von Sacher-Masoch (1836-1895) menggambarkan keinginan untuk mendapatkan nyeri dan kenikmatan seksual dari siksaan atau hinaan (secara fisik atau verbal). Penderita masokisme terangsang secara seksual dan mampu mengalami orgasme jika disakiti. Dirinya akan minta dipukul, dicambuk atau lainnya yang menyakitkan agar bisa mencapai orgasme.
- Perkosaan.
Penyimpangan seksual terjadi atas dasar paksaan yang mengandung unsur agresivitas yang memiliki kepribadian diliputi dengan kebencian, memiliki objek seksual terhadap lawan jenis dan sebaya. Penyebab perilaku ini adalah rendahnya kontrol dorongan seksual dan dorongan kebencian.
- Incest.
Incest adalah dorongan seksual yang dirasakan terhadap keluarga sedarah. Mereka tertarik secara seksual terhadap orang-orang dalam lingkaran keluarga. Ayah atau ibu tertarik anak, anak tertarik ayah atau ibu, dan anak tertarik saudara sedarah lainnya. Penyebabnya antara lain terjadi sehubungan dengan penyakit mental yang sangat serius pada pihak orang tua. . Incest lebih bersifat moral. Artinya, bisa saja pelaku incest tertarik secara seksual pada orang lain.
- Pedofilia.
Penderita pedofilia memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas seksual dengan anak-anak kecil. Biasanya digunakan standar umur di bawah 13 tahun dan penderitanya minimal 5 tahun lebih tua. Penyebab pedophilia antara lain: hambatan perkembangan seksual dan moral, terdapat ketakutan impoten, serta rendahnya etika.
- Bestially.
Bestiality adalah tercapainya kepuasan seksual lewat kontak dengan seekor binatang. Bestiality umumnya terjadi di daerah pedesaan daripada di daerah urban dan dilakukan baik oleh pria maupun wanita. Hewan-hewan yang dipilih antara lain kucing, anjing, angsa, domba, babi, dan kuda. Pada penderita bestiality pria, coitus dilakukan pada vagina atau dubur hewan. Penyebabnya antara lain : penderita didominasi oleh pikiran pola hubungan seksual pada binatang.
- Gerontopilia.
Gerontopilia adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Keluhan awalnya adalah merasa impoten bila menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebenarnya justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan idamannya (kakek/nenek).

3. Penyimpangan Identitas Seksual
- Transvestisme peran ganda.
Transvestisme juga dikenal sebagai berpakaian lawan jenis (cross-dressing). Bagi sebagian pria, transvestisme merupakan suatu aktivitas seksual di mana kepuasan emosional dan fisik diperoleh dari menggunakan pakaian wanita. Salah besar jika menganggap transvestisme adalah homoseksual. Sebagian besar adalah heteroseksual dengan kehidupan seks yang cukup konvensional dan banyak yang menikah serta memiliki anak. Pola pakaian lawan jenis cukup bervariasi. Sebagian transvestist menolak pakaian pria sama sekali dan menggunakan pakaian wanita sepanjang waktu. Sebagian lagi hanya menggunakan pakaian wanita kadang-kadang saja atau sering kali, sedangkan yang lain hanya memilih satu jenis pakaian saja. Sebagian penderita transvestisme memiliki kepribadian ganda --satu pria dan satu wanita-- dan berpakaian lawan jenis untuk mengekspresikan kepribadian wanitanya sementara pada dasarnya adalah maskulin. Biasanya penyimpangan ini bermula sejak anak-anak atau remaja. Seperangkat pakaian yang disukai dapat menjadi benda yang merangsang nafsu seksualnya. Awalnya dipakai pada saat masturbasi, kemudian saat persetubuhan. Yang dikenakan mula-mula hanya terbatas cross-dressing parsial (hanya mengenakan BH dan celana dalam), lama-kelamaan mengenakan pakaian wanita lengkap, cross-dressing total. Yang terakhir dilakukan ketika si penderita mulai merasa mampu berdikari, sekitar masa remaja sampai dewasa muda. Frekuensi kejadiannya makin lama makin meningkat dan akhirnya menjadi kebiasaan.Seiring dengan bertambahnya usia, kecenderungan untuk mendapatkan kepuasan seksual melalui cara ini dapat berkurang atau bahkan hilang. Walaupun ada kalanya sejumlah kecil transvestit muncul pada usia lebih lanjut, yang menghendaki mengenakan pakaian wanita dan hidup sebagai wanita secara tetap. Dalam kasus terakhir ini transvestisme berubah menjadi transeksualisme.
- Transeksualisme.
Transeksualisme adalah suatu hasrat untuk hidup dan diterima sebagai bagian dari kelompok lawan jenisnya, contoh laki-laki mau menjadi wanita. Seringkali kita kenal dengan sebutan banci atau bencong. Biasanya disertai perasaan risih dengan organ seksualnya. Bisa disertai keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk menjadi lawan jenisnya. Transeksualisme berbeda dengan homoseksualitas. Sebagian besar transeksual adalah homoseksual, namun tidak sebaliknya
Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak-kanak. Hal ini tampak pertama kali pada masa dini kanak dan selalu sebelum pubertas, ditandai oleh stres yang dalam dan permanen tentang jenis kelaminnya, bersamaan dengan hasrat untuk menjadi lawan jenisnya. Kecenderungan ini dapat menetap. Hanya perilaku tomboi pada anak perempuan atau perilaku feminin pada anak laki-laki saja tidak identik dengan penyimpangan ini. Penyimpangan ini perlu gangguan yang mencolok dari perasaan yang normal sebagai laki-laki atau perempuan.

Menangani Para Penderita Parafilia
Tidak gampang untuk menangani para penderita parafilia. Karena mereka sering tidak menghendaki atau merasa tidak perlu mendapat terapi. Namun demikian, perlu ada beberapa terapi psikiatrik yang dapat dicoba.
Pertama, melakukan pendekatan psikodinamik dan psikoanalitik (menggali pengalaman masa lalu yang menyebabkan Penyimpangan kejiwaan).
Kedua, melakukan terapi perilaku yang terdiri dari aversive conditioning, yaitu conditioning untuk menimbulkan rangsangan (stimulus) terhadap lawan jenis. Atau mengukur tingkat birahi dengan pletismometris penis. Tentang terapi ini Prof. Arif Adimoelya, seorang ahli androlog dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, terapi aversion diperlukan untuk menghilangkan conditioning yang ada atau hal-hal yang menyebabkan penyimpangan psikoseksual. Penderita diberi kejutan listrik sementara disuguhi gambar-gambar atau film mengenai penyimpangan seksual. Khususnya pada voyeurisme dan ekshibisionisme, penderita hendaknya dipacu secara halus untuk lebih berani berkomunikasi langsung dengan lawan jenisnya, sehingga diharapkan lambat laun akan berani melakukan kontak badan langsung. Atau penderita diajari mengatasi rasa takut dan malu untuk mengungkapkan keinginan seks yang benar.
Ketiga, karena umumnya penderita mempunyai sifat dasar kekurangan social skill (kecakapan sosial), maka mereka perlu disertakan dalam program terapi yang mengajarkan kecakapan sosial serta empati terhadap dunia sekelilingnya. Ditambah lagi terapi perilaku secara individual.
Keempat, terapi farmakologi yang meliputi pemberian hormon wanita, anti androgen, dan obat-obatan golongan penghambat daur ulang serotonin yang biasanya digunakan untuk mengobati penderita depresi tetapi keberhasilan terapi ini tampak lebih disebabkan oleh penurunan nafsu birahinya. Terapi ini mungkin lebih efektif pada penderita parafilia bersifat hiperseks.
Kelima, tidak kurang pentingnya perhatian masyarakat terhadap penderita. Mereka hendaknya tidak dicemoohkan tetapi diberi pengarahan agar berusaha menghilangkan kebiasaan yang memalukan tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Sapaan dalam Bahasa Banjar

Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)

Bahasa Banjar