Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

Lambang Kalsel

Gambar
Lambang Daerah Propinsi Kalimantan Selatan berbentuk "PERISAI" dengan warna merah dan hijau, bergaris sisi dengan warna kuning. Perisai adalah alat penangkis dan bertahan yang melambangkan kewaspadaan dan kesanggupan mempertahankan diri; Warna Merah, melambangkan keberanian dan kepahlawanan yang gagah perkasa, berjiwa hidup dan dinamis guna menegakkan kebenaran perjuangan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam menuju "Masyarakat Adil dan Makmur yang Diridhai Allah"; Warna Hijau, melambangkan kesuburan dan harapan bagi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan dihari yang akan datang; Warna Kuning, pada sisi perisai, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan mempunyai Keperibadian dan kerohanian yang luhur dengan penuh Keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Intan Berwarna Putih Berkilap Memancar Intan, melambangkan penghasilan Daerah Kalimantan Selatan yang sudah terkenal karena mempunyai mutu dan nilai yang sangat tinggi, yang meru

Tanggal Penting dalam Sejarah Kalsel

Tanggal 19 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan untuk membagi wilayah Indonesia menjadi 8 Propinsi, ketetapan ini dikukuhkan dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 dan Maklumat Wakil Presiden RI Nomor X tanggal 16 Oktober 1945. Salah satu dari Propinsi tersebut adalah Propinsi Borneo dengan ibukotanya Banjarmasin. Tanggal 2 September 1945 Ir. Pangeran Muhammad Noor dilantik oleh Presiden RI sebagai Gubernur Borneo. Tanggal 10 Oktober 1945 Demontrasi rakyat Kalimantan Selatan di halaman kantor Governor menuntut diturunkannya Bendera Belanda dan digantikan dengan Bendera Merah Putih, bendera Republik Indonesia. Tanggal 9 Nopember 1945 Rakyat Kalimantan mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan yang legal dengan bergerilya di pedalaman dan berhasil menggagalkan rencana Belanda untuk mendirikan Negara Kalimantan. Tahun 1946 Pemerintah Belanda membagi Kalimantan menjadi 3 keresidenan dengan Stb.1946 Nomor 64 yaitu: Residentis Zuid Borne

Sejarah Provinsi Kalimantan Selatan

Sejarah Pemerintahan di Kalimantan Selatan diperkirakan dimulai ketika berdiri Kerajaan Tanjung Puri sekitar abad 5-6 Masehi. Kerajaan ini letaknya cukup strategis yaitu di Kaki Pegunungan Meratus dan di tepi sungai besar sehingga di kemudian hari menjadi bandar yang cukup maju. Kerajaan Tanjung Puri bisa juga disebut Kerajaan Kahuripan, yang cukup dikenal sebagai wadah pertama hibridasi, yaitu percampuran antarsuku dengan segala komponennya. Setelah itu berdiri kerajaan Negara Dipa yang dibangun perantau dari Jawa. Pada abad ke 14 muncul Kerajaan Negara Daha yang memiliki unsur-unsur Kebudayaan Jawa akibat pendangkalan sungai di wilayah Negara Dipa. Sebuah serangan dari Jawa menghancurkan Kerajaan Dipa ini. Untuk menyelamatkan, dinasti baru pimpinan Maharaja Sari Kaburangan segera naik tahta dan memindahkan pusat pemerintahan ke arah hilir, yaitu ke arah laut di Muhara Rampiau. Negara Dipa terhindar dari kehancuran total, bahkan dapat menata diri menjadi besar deng

Batasmiah

Ketika umur kehamilan seorang ibu telah mencapai 9 bulan, maka pihak keluarga harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut kedatangan "warga baru" (sang jabang bayi), antara lain selembar upih pinang (pelepah pinang) dan sebuah kapit (wadah yang terbuat dari tembikar yang bentuknya menyerupai pot bunga kecil). Wadah ini pada saatnya akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan tembuni (potongan tali pusat). Selain itu, pihak keluarga juga mengadakan selamatan dengan membuat kukulih (bubur yang terbuat dari beras ketan). Bubur tersebut diberi doa, kemudian diputarkan (dikelilingkan) di atas kepala ibu yang sedang hamil. Setelah itu bubur baru boleh dimakan oleh seluruh keluarga. Tujuannya adalah agar proses kelahiran dapat berjalan lancar. Proses kelahiran itu sendiri dibantu oleh dukun beranak. Setelah bayi lahir, tali pusatnya dipotong dengan sembilu (bilah bambu yang dibuat sedemikian rupa sehingga tajam). Potongan tali pusat itu kemudian dita

Madihin

Gambar
Banyak pendapat mengenai asal mula madihin. Ada yang mengatakan berasal dari Kecamatan Angkinan yaitu di kampung Tawia, Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan. Pendapat ini berpijak pada bahwa Pamadihinan banyak tersebar di pelosok Kalimantan Selatan berasal dari kampung Tawia bernama Dulah Nyangnyang. Ada juga yang berpendapat madihin berasal dari Paringin, sebab dahulu Dulah Nyanyang lama bermukim disana dan  ingin mengembangkan madihin di sana. Tetapi ada juga yang berpendapat madihin berasal dari utara Kalimantan yang berbatasan dengan negara Malaysia ( Malaka ), sebab madihin banyak dipengaruhi oleh syair melayu dan gendang tradisional semenanjung Malaka. Tarbang ( gendang ) yang dipakai bamadihin ada persamaan dengan gendang yang dipakai oleh orang – orang Malaka dalam mengiringi syair atau pantun melayu. Apa pun pendapat ini. Namun yang jelas bahwa madihin menggunakan bahasa Banjar, Pamadihinannya etnik Banjar. Madihin adalah kesenian tradisional Banjar yang khas

Pengertian Pendidikan

Beberapa pengertian pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232) : Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu diberikan awalan kata “ me ” sehingga menjadi “ mendidik ” yang artinya memelihara dan memberi latihan. J.J. Russeau   : Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.   John Dewey : Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia. M.J. Longeveled : Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.   Thompson : Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.   Frederick J. Mc Donald : Pendidikan adal

Bahasa Banjar

Gambar
Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu. Asal bahasa ini berada di propinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai dan lain-lain. Bahasa Banjar dihipotesiskan sebagai bahasa proto-Malayik, seperti halnya bahasa Minangkabau dan bahasa Serawai (Bengkulu). Bahasa Banjar banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa Dayak. Bahasa Banjar atau sering pula disebut Bahasa Melayu Banjar terdiri atas dua kelompok dialek yaitu; • Bahasa Banjar Hulu • Bahasa Banjar Kuala Bahasa Banjar Hulu merupakan dialek asli yang dipakai di wilayah Banua Enam yang merupakan bekas Afdelling Kendangan dan Afdeeling Amoentai yang meliputi kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong. Puak-puak suku Banjar Hulu Sungai dengan dialek-dialeknya masing-masing relatif bersesuaian dengan pembagian administratif pada jaman kerajaan Banjar dan Hindia Belanda yai