Buku, Sarana Pembangun Pendidikan Karakter

Pendidikan di Indonesia cenderung mengarah pada pendidikan yang mengutamakan keterampilan tekhnis. IQ lebih dikembangkan, sedangkan EQ dan SQ dikesampingkan.

Proses pendidikan diberbagai jenjang pendidikan lebih menekankan pada perolehan hasil akhir, perolehan nilai ujian. Hasilnya, pendidikan di Indonesia mencetak generasi yang bisa dikatakan pintar, tetapi tidak memiliki karakter yang baik. Contohnya, banyak orang yang pintar tetapi kepintarannya tersebut justru digunakan untuk membodohi orang lain, banyak pejabat yang pintar tetapi melakukan korupsi, anggota DPR yang diharapkan dapat mewakili rakyat dengan baik justru menonton video porno saat rapat. Bukankah itu sebuah bukti bahwa pendidikan yang mengutamakan kemampuan tekhnis tidak berhasil dengan baik? Jadi, harus bagaimana? Penerapan pendidikan karakter adalah jawabannya.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Mengapa harus pendidikan karakter? Ide pembangunan pendidikan karakter ini berasal dari UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.” Dari UU tersebut dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan karakter membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.

Sekarang, apa kaitannya pendidikan karakter dengan buku? Bagaimana buku mempengaruhi pembangunan pendidikan karakter? Buku merupakan sebuah sarana untuk mengasah imajinasi, mengasah emosi, membangun kecerdasan intelektual dan spiritual seorang anak atau peserta didik.

Saya masih ingat, ketika saya masih kecil orang tua saya sangat sering membelikan buku bacaan. Pertama-tama buku yang mereka belikan adalah buku-buku dongeng bergambar, yang membuat saya lebih mudah memahami isinya. Saat itu orang tua telah mengajari saya bagaimana cara bersikap yang baik, tetapi keberadaan buku-buku bacaan itu juga membantu saya belajar lebih banyak mengenai hal tersebut. Kemudian orang tua mulai mengenalkan saya pada majalah anak-anak. Saat itu majalah Bobo yang paling sering muncul di hadapan saya. Dari majalah itu saya belajar mengenal huruf, belajar mengeja, belajar mengenal dunia luar. Alhasil, saat mulai masuk TK, saya sudah bisa mengeja huruf, sudah bisa mengerti norma-norma kesopanan, kemudian berinteraksi sosial dengan lebih baik dibandingkan anak-anak yang baru pertama kali berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sekolah. Disini terlihat bagaimana buku atau bahan bacaan mempengaruhi pembentukan saya sebagai peserta didik.

Dewasa ini, jumlah buku bacaan sangat banyak. Sayangnya minat baca generasi muda sangat rendah. Generasi muda saat ini lebih tertarik dengan yang namanya televisi, game, komputer, facebook, twitter, mall, bioskop, tempat karaoke dan tempat-tempat “nongkrong” lainnya. Padahal membaca buku memiliki banyak sekali manfaat, kondisi generasi muda Indonesia saat ini sangat menyedihkan.

Mendapatkan sebuah pengetahuan, mendapatkan sebuah nilai kehidupan untuk membentuk karakter tidak harus dari sebuah buku yang super tebal, yang isinya super serius, yang bahasanya super berat. Sebuah novel, sebuah komik, bahkan sepotong kolom berita di surat kabar dapat memberikan nilai-nilai pembentuk karakter bagi sesorang. Asalkan pembaca dapat memahaminya dari sudut pandang yang positif.

Langsung atau tidak langsung, diakui atau tidak diakui, buku jelas-jelas merupakan salah satu sarana untuk membangun pendidikan karakter. Entah itu buku teks, entah buku bacaan, semuanya memiliki nilai-nilai tersendiri yang dapat mempengaruhi karakter pembacanya. Akhirnya kembali kepada diri masing-masing, bagaimana cara kita menumbuhkan minat baca di dalam diri kita, di dalam diri orang-orang sekitar, di dalam diri peserta didik dengan tujuan meningkatkan IQ, EQ, SQ demi generasi Indonesia yang lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Sapaan dalam Bahasa Banjar

Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)

Bahasa Banjar